(7 November 2015) Bicara tentang menyelam memang tak pernah bisa lepas dari unsur biologi, bagaimana tidak, apabila kita menyelam umumnya kita menikmati keindahan biota laut yang disuguhkan oleh alam. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, Biology Career and Alumni Development Center (BCADC) melaksanakan kegiatan rutin AlumniTalks dengan mengusung tema selam ilmiah. Hal ini bertujuan agar peserta dapat semakin memahami hubungan secara langsung antara selam dan bidang biologi yang ditekuninya serta lebih mengenal peluang karir pasca kampus di bidang selam ilmiah. Apa sih selam ilmiah? “kalau selam ilmiah, sambil menyelam kita dapat data penelitian sekaligus dapat keindahan alamnya, kalau selam biasa (rekreasi) ya sekedar lewat saja untuk menikmati keindahan alamnya. Selain itu, selam ilmiah ada metode-metode ilmiah yang harus dilakukan” begitu kiranya pungkas Ika Ristiyani Madyaningrum selaku pemateri yang merupakan alumni Fakultas Biologi angkatan 1994. Alumni yang akrab disapa “mbak ika” ini merupakan Instruktur Selam dan pemilik Sentra Selam Jogja. Beliau pun merupakan tim utama dari acara KAGAMA Mbangun Karimunjawa yang dilaksanakan 13-15 November 2015 dimana salah satu kegiatannya adalah transplantasi karang, pelepasan tukik dan penanaman mangrove. Oleh karena itu, beliau merupakan sosok yang sangat tepat untuk berbagi kisah inspiratif di bidang ini.
Pada kesempatan AlumniTalks ini beliau menjelaskan pengetahuan dasar selam dan syarat yang harus dipersiapkan apabila ingin menjadi penyelam. Secara spesifik beliau pun menjelaskan pentingnya selam dalam mendukung biologi khususnya biologi laut. Selam ilmiah sebenarnya tidak hanya berguna untuk bidang biologi saja, tapi bidang lain seperti arkeolog pun sangat membutuhkan kemampuan menyelam apabila ingin meneliti lokasi yang terletak di laut seperti bangkai kapal dan situs bersejarah lainnya. Pada akhir sesi pematerian peserta diajak untuk menonton film tentang terumbu karang dan juga menyimak lagu berjudul “coral song” yang berisi tentang pengenalan bahwa karang itu makhluk hidup yang harus dijaga, bukan sekedar batu yang ada di laut mengingat banyaknya wisatawan yang sering menginjak karang di alam.
Sesi diskusi yang dimoderatori oleh Sdr Agung Adi Nugroho (biologi 2012) pun tak kalah seru, beliau menjelaskan secara lebih dalam beberapa metode dalam penelitian terumbu karang seperti Manta Tow, Underwater Visual Census, mengamati ukuran serta kategori ikan karang, penentuan jumlah dan panjang transek serta penempatannya yang harus sejajar dengan garis pantai, serta CPCE (Coral Point Count with Excel Extension). Pada sesi penutupan, dipilih 3 orang peserta yang beruntung mendapat door prize berupa underwater paper dan alat tulisnya lalu 5 orang pendaftar pertama menjadi peserta paling beruntung karena mendapat door prize utama yaitu discovery scuba diving di umbul ponggok.